Thailand Serukan Dialog Positif Setelah Kamboja Ancam Bawa Sengketa Perbatasan ke Pengadilan Dunia

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali slot mencuat setelah Kamboja mengancam akan membawa sengketa perbatasan yang belum terselesaikan ke Mahkamah Internasional (ICJ). Menanggapi ancaman tersebut, pemerintah Thailand menyerukan dialog positif dan solusi damai melalui jalur diplomatik untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.

Latar Belakang Sengketa

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja, khususnya di sekitar wilayah Kuil Preah Vihear yang bersejarah, telah menjadi sumber ketegangan selama beberapa dekade. Meskipun Mahkamah Internasional pada tahun 1962 telah menetapkan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja, perbedaan persepsi mengenai batas-batas wilayah sekitarnya tetap memicu ketegangan antar kedua negara.

Ketegangan kembali mencuat setelah laporan dari pihak militer Kamboja yang menyatakan bahwa pasukan Thailand memasuki zona yang diklaim oleh Kamboja sebagai wilayahnya. Kamboja menuding Thailand melanggar batas dan menolak upaya penyelesaian bilateral yang dianggap tidak efektif. Sebagai respons, Kamboja memperingatkan kemungkinan untuk kembali membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional.

Thailand Serukan Penyelesaian Damai

Menanggapi pernyataan tersebut, Kementerian Luar Negeri Thailand mengeluarkan pernyataan resmi yang menekankan pentingnya komunikasi yang konstruktif antara kedua negara. Dalam pernyataannya, Thailand menyatakan bahwa membawa kasus ini ke pengadilan internasional justru berisiko memperuncing hubungan yang telah lama dijalin dengan Kamboja.

Reaksi dari Kamboja

Sementara itu, Kamboja belum memberikan respons resmi atas ajakan dialog dari Thailand. Namun, beberapa pejabat tinggi di Phnom Penh mengindikasikan bahwa Kamboja bersedia berdialog, namun tetap menegaskan bahwa jalur hukum internasional tetap terbuka jika tidak ada kemajuan konkret dalam waktu dekat.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, dalam pernyataan publik sebelumnya menegaskan bahwa integritas wilayah negaranya adalah garis merah yang tidak bisa ditawar. “Kami menghormati hubungan baik dengan Thailand, tetapi kedaulatan nasional adalah prioritas utama kami. Jika penyelesaian bilateral tidak menghasilkan solusi adil, kami akan tempuh jalur hukum internasional,” katanya.

Dukungan ASEAN dan Kekhawatiran Regional

Sengketa ini menjadi perhatian negara-negara anggota ASEAN, mengingat potensi dampaknya terhadap stabilitas kawasan. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada kesediaan negara-negara anggota untuk menggunakannya secara aktif.

Potensi Dampak Diplomatik dan Ekonomi

Peningkatan ketegangan antara Thailand dan Kamboja juga menimbulkan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi, khususnya di wilayah perbatasan yang selama ini menjadi pusat perdagangan dan pariwisata lokal. Para pelaku usaha khawatir bahwa ketegangan ini dapat menghambat aktivitas ekonomi lintas batas dan mengurangi minat investor.

Beberapa kalangan sipil di kedua negara, termasuk organisasi masyarakat sipil dan akademisi, juga menyerukan pendekatan damai. Mereka menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antar masyarakat dan menolak segala bentuk kekerasan atau provokasi militer.

Kesimpulan

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali menyoroti pentingnya penyelesaian damai dalam hubungan antarnegara. Waktu akan menentukan apakah kedua negara dapat menempatkan kepentingan bersama di atas perbedaan mereka.

By admin